Minggu, 25 Desember 2011

MIKROBIOLOGI

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah melimpahkan segala rahmat dan hidayahnya, sehingga makalah tentang”Sterilisasi dan Disinfeksi” ini dapat di selesaikan dengan tepat waktu. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmadnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
2. Semua Pihak yang telah membantu atas terselesaikannya makalah ini
Manusia tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, kami selaku penulis mengharap kritik dan saran, agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jombang, November 2010
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………….. 1
1.3. Tujuan……………………………………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sterilisasi dan Disinfeksi……………………………………………………… 2
2.2 Efektivitas Sterilisasi dan Desinfeksi……………………………………………………… 2
2.3. Peran Tenaga kesehatan dalam sterilisasi dan desinfeksi…………………………… 3
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………………… 10
3.2 Saran dan Kritik…………………………………………………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………… 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan dan membinasakan semua alat dan media dari gangguan organisme mikroba, termasuk virus, bakteria dan spora dan fungi beserta sporanya. Sterilisasi merupakan suatu metode atau cara yang digunakan untuk mengeliminasi semua mikroorganisme. Semua bahan dan alat dalam media kultur maupun dalam kegiatan praktikum harus dalam keadaan steril. Termasuk dengan media yang penting dalam kultur dan juga alat-alat yang menunjang seperti pipet, tabung, jarum inokulasi dan peralatan lainnya serta area kerja. Sterilisasi dilakukan menggunakan autoklaf untuk yang menggunakan panas bertekanan,pemanas kering(oven),sterilisasi kimiawi(seperti glutaraldehid atau formaldehid) dan secara fisik.
Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.Disinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Disinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.Alternatif yang sering dilaakukan adalah dengan cara DTT (Disinfeksi Tingkat Tinggi)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,masalah masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimana pengertian dari sterilisasi dan disinfeksi ?
2) Bagaimana efektivitas dari sterilisasi dan disinfeksi ?
3) Peranan tenaga kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi ?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui penertian dari sterilisasi dan disinfeksi
2) Untuk mengetahui efektivitas dari sterilisasi dan disinfeksi
3) Untuk mengetahui peranan tenaga kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sterilisasi dan Disinfeksi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,jamur,parasit dan virus) termasuk endospora bakteri dari benda-benda mati / instrument.
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda-benda mati / instrument. Sedangkan disinfeksi tinggkat tinggi merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau kimiawi.
2.2 Efektifitas dari Sterilisasi dan Disinfeksi
Agar efektif,sterilisasi butuh waktu,kontak ,suhu dan dangan sterilisasi uap,bertekanan tinggi.Efektivitas setiap metode sterilisasi bergantung pada empat faktor lainnya sebagai berikut:
 Jenis mikroorganisme yang ada.Sebagian mikroorganisme sangat sulit dibunuh. Sebagian lainnya dapat dengan mudah dibunuh.
 Jumlah mikroorganisme yang ada.Lebih mudah membunuh satu organisme daripada yang banyak.
 Jumlah dan jenis materi organik yang melindungi mikroorganisme tersebut.Darah atau jaringan yang menempel pada alat – alat yang kurang bersih berfungsi sebagai pelindung mikroorganisme selama proses sterilisasi.
 Jumlah retakan dan celah pada peralatan tempat menempel mikroorganisme.Mikroorganisme berkumpul di dalam dan dilindungi oleh goresan, retakan dan celah, seperti jepitan yang bergerigi tajam dari cunam jaringan.
Akhirnya,tanpa pembersihan yang teliti untuk membuang sisa bahan organik yang melindungi mikroorganisme selama proses sterilisasi pada alat – alat, tidak akan dapat menjamin tercapainya sterilisasi,walaupun waktu sterilisasi diperpanjang.
Umumnya semua bakteria vegetatif akan mati pada uap panas 60-75 derajat Celcius dalam 10 menit. Suhu tertinggi yang dapat dicapai oleh air mendidih atau uap tekanan rendah adalah 100 derajad Celcius pada permukaan laut.karena titik didih air 1,1 derajat Celcius lebih rendah pada setiap 1000 kaki dari permukaan laut.
2
Sebaiknya merebus / mengukus alat untuk DTT (Disinfeksi Tingkat Tinggi) sekurang-kurangnya 20 menit.Dengan ini dapat di capai batas keamanan untuk ketinggian yang bervariasi sampai 5.500 meter dan pada waktu bersamaan dapat mengeliminasi infeksi dari beberapa endospora setelah dilakukan sterilisasi.
2.3 Peranan Tenaga Kesehatan dalam Sterilisasi dan Disinfeksi
Dalam dunia kesehatan khususnya bidan sterilisasi dan disinfeksi digunakan sebagai pencegah infeksi (PI).Dengan adanya praktek pencegah infeksi dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu,bayi baru lahir(BBL),dan para penolong persalinan)sehingga dapat memutus rantai penyebaran infeksi.
Tindakan- tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut:
• Cuci tangan
• Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
• Menggunakan teknik asepsis atau aseptik
• Memproses alat bekas pakai
• Menangani peralatan tajam dangan aman
• Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelola sampah secara benar)
 CUCI TANGAN
Cuci tangan merupakan prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang meyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Harus dilakukan saat:
 Segera setelah tiba di tempat kerja
 Sebelum dan sesudah melakukan kontak fisik dangan pasien
 Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan
 Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah / cairan tubuh lainnya / setelah menyentuh selaput mukosa (hidung,mulut atau mata)
 Setelah ke kamar mandi
 Sebelum pulang kerja
 MENGGUNAKAN SARUNG TANGAN
Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh,selaput mukosa,darah atau cairan tubuh lainnya) peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi
Jika sarung tangan diperlukan ganti sarung tangan untuk setiap ibu atau bayi baru lahir untuk menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula.
3
 Gunakan sarung tangan sreril / DTT (Disinfeksi Tingkat Tinggi) untuk prosedur yang mengakibatkan kontak dangan jaringan di bawah kulit (persalinan,heating,pengambilan darah)
 Sarung tangan yang bersih untuk menangani darah / cairan tubuh
 Sarung tangan rumah tangga / tebal untuk mencuci peralatan, menangani sampah,juga membersihkan darah dan cairan tubuh.
 PERLENGKAPAN PELINDUNG PRIBADI
Perlengkapan pelindung pribadi mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab infeksi dangan cara menghalangi atau membatasi (kaca mata pelindung,masker wajah,sepatu boot atau sapatu tertutup,celemek) petugas dari cairan tubuh,darah atau cedera selama melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan celemek plastik sederhana dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya yang bersedia di masing-masing daerah jika alat atau perlengkapan sekali pakai tidak tersedia.
 ANTISEPSIS
Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit.karena kulit dan mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan penyebab infeksi.Cuci tangan secara teratur diantara kontak dengan setiap ibu dan bayi baru lahir,membantu untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada kulit.
 ANTISEPTIK VS LARUTAN DiSINFEKTAN
Larutan antiseptik digunakan pada kulit atau jaringan yang tidak mampu menahan konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam larutan disinfeksi.Sedangkan larutan disinfeksi dipakai juga untuk mendekontaminasi peralatan atau instrument yang digunakan dalam prosedur bedah.
Larutan antiseptik yang bisa diterima:
• Alcohol 60-90%:etil,isopropyl, atau metal spiritus
• Setrimid atau klorheksidin glukonat,berbagai konsentrasi (savlon)
• Klorheksidin glukonat 4% (hibiscub,hibitane,hibiclens)
• Heksaklorofen 3% (phisohex)
• Paraklorometaksilenol (dettol)
• Iodine 1-3%,larutan yang dicampur alkohol atau encer (lugol) atau tincture (iodine dalam alkohol 70%).iodine tidak boleh digunakan pada selaput mukosa seperti vagina
• Iodofor,berbagai konseentras (betadine)
4
Larutan disinfeksi yang bisa diterima:
• Klorin pemutih 0,5% (untuk dekontaminasi permukaan dan DTT peralatan)
• Glutaraldehida 2% (digunakan untuk dekontaminasi tetapi karena mahal biasanya hanya digunakan disinfeksi tingkat tinggi)
 PEMELIHARAAN TEKNIK STERIL / DISINFEKSI TINGGKAT TINGGI
Dimanapun prosedur dilakukan,dearah steril harus dibuat dan dipelihara untuk menurunkan risiko kontaminasi di area tindakan.Peralatan atau benda-benda yang disinfeksi tinngkat tinggi bisa di tempatkan di area steril. Prinsip menjaga daerah steril harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan dengan kondisi disinfeksi tingkat tinggi. Pelihara kondisi steril dengan memisahkan benda-benda steil atau disinfeksi tingkat tinggi (“bersih”)dari benda-benda yang terkontaminasi(“kotor”).Jika mungkin gunakan baju,sarung tangan steril dan sediakan atau pertahankan lingkungan yang steril.
 MEMPROSES ALAT BEKAS PAKAI
Tiga proses pokok yang direkomendasi untuk proses peralatan dan benda-benda lain dalam upaya pencegahan infeksi adalah:
• Dekontaminasi
• Cuci dan bilas
• Disinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi
Benda-benda steril atau disinfeksi tingkat tinggi harus disimpan dalam keadaan kering dan bebas debu. Jaga agar bungkusan-bungkusan yang tetap kering dan utuh sehingga kondisinya tetap terjaga dan dapat digunakan hingga satu minggu setelah diproses.Peralatan steril yang dibungkus dalam kantong plastik bersegel,tetap kering dan utuh masih dapat digunakan hingga satu bulan setelah proses.Peralatan dan bahan disinfeksi tingkat tinggi dapat disimpan dalam wadah tertutup yang sudah di disinfeksi tingkat tinggi dan bebas debu. Jika peralatan-peralatan tersebut tidak digunakan dalam waktu peyimpanan tersebut maka proses kembali dulu sebelum digunakan kembali.
• Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi.Dekontaminasi membuat benda-benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas.Untuk perlindungan lebih jauh pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga yang terbuat
5
dari bahan lateks jika akan menangani peralatan bekas pakai atau kotor.segera setelah digunakan,masukkan benda-benda yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% 10 menit. Selama prosedur ini dengan cepat memastikan virus hepatitis B dan HIV. Pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi terendam seluruhnya oleh larutan klorin. Daya kerja larutan klorin,cepat mengalami sehingga harus diganti paling sedikit setiap 24 jam,atau lebih cepat terlihat kotor atau steril.
• Pencucian dan pembilasan
Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada peralatan / perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan.Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya.Jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah di kontaminasi,bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan seksama secepat mungkin.
Sebagian besar (hingga 80%) mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan bahan-bahan organik lainnya bisa dihilangkan melalui proses pencucian. Pencucian juga dapat menurunkan jumlah endospora bakteri yang menyebabkan tetanus dan gangrene,pencucian ini penting karena residu bahan-bahan organik bisa menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme (termasuk endospora) dan melindungi mikroorganisme dari proses sterilisasi atau disinfeksi kimiawi. Jika perlengkapan untuk proses sterilisasi tidak tersedia,pencucian secara seksama merupakan proses fisik satu-satunya untuk menghilangkan sejumlah endospora bakteri.
• DTT (Disinfeksi Tingkat Tinggi) dan sterilisasi
Proses DTT membunuh semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakterial. DTT dapat diperoleh dengan merebus dalam air mendidih, mengukus (dengan uap panas), atau merendam alat dalam disinfektan kimiawi.
a) Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan Perebusan atau Pengukusan
Suhu tertinggi yang dapat dicapai oleh air mendidih atau uap tekanan rendah adalah 100 °C pada permukaan laut. Sebaiknya merebus atau mengukus alat untuk DTT sekurang-kurangnya 20 menit. Perebusan dalam air merupakan cara yang efektif dan praktis untuk DTT alat-alat dan semua alat
6
yang lainnya. Walaupun perebusan dalam air selama 20 menit akan membunuh semua bakteri vegetatif, virus, ragi dan jamur, perebusan tidak membunuh semua endospora. Perebusan alat selama 20 menit, dilakukan dalam tempat merebus yang tertutup. Waktu perebusan mulai dicatat sewaktu air mulai mendidih. Semua alat-alat logam harus terendam sempurna. Selama perebusan berlangsung, jangan menambahkan sesuatu kedalam wadah. Setelah merebus 20 menit, pindahkan alat-alat dengan cunam yang telah di DTT terlebih dahulu, kemudian simpan dalam kontainer yang telah di DTT dan tutup rapat.
b. Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan Bahan Kimiawi
Walaupun banyak disinfektan tersedia dimana-mana, 4 disinfektan yaitu klorin, glutaraldehid, formaldehid, dan peroksfd secara rutin digunakan sebagai disinfektan tingkat tinggi. Bahan-bahan kimiawi ini dapat mencapai DTT jika alat-alat yang akan didisinfeksi dibersihkan dulu sebelum direndam. DTT dengan kimiawi tidak dianjurkan pada jarum dan semprit, karena sisa-sisa bahan kimia dapat tertinggal dalam jarum tersebut. Larutan klorin bereaksi cepat, sangat efektif terhadap HBV, HCV, dan HIV/AIDS, serta murah dan mudah didapat. Larutan klorin > 0,5% dapat merusaklogam. Untuk DTT, larutan 0,1% dibuat dengan air matang,dan lakukan penyaringan bila air keruh. Masalah korosi dapat dikurangi jika beda-benda tersebut dibilas dengan air matang dan dikeringkan segera. Korosi terjadi bila lamanya perendaman dilakukan > 20 menit dan terjadi kontak pada konsentrasi > 0.5%. Disinfektan kimiawi harus disimpan ditempat yang gelap dan dingi, jangan disimpan di bawah. cahaya matahari atau panas yang berlebihan karena semua disinfetan kimiawi sensitif terhadap panas.
 PENGGUNAAN PERALATAN TAJAM SECARA AMAN
Luka tusuk benda tajam (jarum) merupakan salah satu alur utama infeksi HIV dan hepatitis B di antara para penolong persalinan. Oleh karena itu, perhatikan pedoman berikut:
 Letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau dengan manggunakan “daerah aman“ yang sudah ditentukan (daerah khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam.
 Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tak sengaja.
7
 Gunakan pemegang jarum atau pinset pada saat menjahit. Jangan pernah meraba ujung atau memegang jarum jahit dangan tangan.
 Jangan menutup kembali,melengkungkan,mematahkan atau melepaskan jarum yang akan di buang.
 Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah 2/3 penuh. Jangan memindahkan benda-benda tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda tajam yang sudah disegel tadi harus dibakar insinerator.
 Jika benda-benda tajam tidak bisa di buang secara aman dengan cara insinerasi,bilas tiga kali dengan larutan klorin 1,5% (dekontaminasi),tutup kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian dikubur.
Cara melakukan teknik satu tangan:
 Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata.
 Pegang tabung suntik dangan satu tangan,gunakan ujung jarum untuk “mengait”penutup jarum.
 Jangan memegang penutup jarum dengan tangan lainnya
 Jika jarum sudah tertutup seluruhnya,pegang bagian bawah dan gunakan tangan yang lainnya untuk merapatkan penutupnya.
 PENGELOLAAN SAMPAH
Sampah bisa terkontaminasi atau tidak terkontaminasi. Sampah yang tidak terkontaminasi tidak mengandung risiko bagi petugas yang menanganinya. Tetapi sebagian besar limbah persalinan dan kelahiran bayi adalah sampah terkontaminasi. Jika tidak dikelola dengan banar,sampah terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut termasuk anggota masyarakat. Sampah terkontaminasi termasuk darah,nanah,urine,kotoran manusia dan benda-benda yang kotor oleh cairan tubuh.tangani pembuangan sampah dengan hati-hati.
Tujuan pembuangn sampah secara benar :
• Menyegah penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang menangani sampah dan kepada masyarakat
• Melindungi petugas pengelola sampah dari luka atau cedera tidak sengaja oleh benda-benda yang sudah terkontaminasi.
 MENGATUR KEBERSIHAN DAN KERAPIAN
Pembersihan yang teratur dan seksama akan megurangi mikroorganisme yang ada pada bagian permukaan benda-benda tertentu dan menolong mencegah infeksi dan kecelakaan.
8
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengatur kebersihan dan kerapian :
• Pastikan selalu tersedianya satu ember larutan pemutih (klorin 0,5%) yang belum terpakai.
• Gunakan disinfektan yang sesuai untuk membersihkan peralatan yang tidak bersentuhan dengan darah atau sekresi tubuh diantara pemakaian,terutama sekali diantara ibu atau bayi yang berbeda
• Jika menggunakan oksigen,gunakan kanula nasal yang bersih,steril atau disinfeksi tingkat tinggi setiap kali akan digunakan. Mengusap kanula dengan alkohol tidak mencegah terjadinya infeksi.
• Segera bersihkan percikan darah tuangkan larutan kloran 0,5% pada percikan tersebut kemudian seka dengan air.
• Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta orong atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi dari debu.
• Setiap selesai menggunakan tempat tidur,meja dan troli prosedur,segera seka permukaan dan bagian-bagian peralatan tersebut dengan kain yang di basahi klorin 0,5% dan deterjen.
• Setiap selesai menolong persalinan, seka celemek menggunakan larutan klorin 0,5%.
• Bersuhkan lantai dengan lab kering,jangan disapu.Seka lantai, dinding atau permukaan datar lain (setiap hari atau setelah digunakan) dengan larutan klorin 0,5% dan deterjen.
• Ikuti pedoman umum kebersihan dan kerapian
 Bersihkan dari atas ke bawah sehingga kotoran yang jatuh dapat dihilangkan
 Selalu gunakan sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah tangga.
 Seka dan gosok hingga bersih permukaan datar atau lantai setelah digunakan
 Tempelkan petunjuk kusus kebersihan di unit tertentu pada area yang mudah dilihat / dibaca
 Bersihkan sesering mungkin dinding, tirai kain, plastik atau logam vertikal untuk mencegah penumpukan debu
 Jika dinding atau tirai terkena percikan darah, segera bersihkan dengan larutan klorin 0,5 %.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Sterilisasi adalah tindakan yang dilskukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,jamur,perasit dan virus) termasuk endospora bakteri dari benda-benda mati / instrument.
Desinfeksi tinggkat tinggi merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau kimiawi.
Peran tenaga kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi adalah sebagai pencegah infeksi (PI). Dengan adanya prakte pencegah infeksi dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu,bayi baru lahir(BBL),dan para penolong persalinan) sehingga dapat memutus rantai penyebaran infeksi.
Tindaka- tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut:
• Cuci tangan
• Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
• Menggunakan teknik asepsis atau aseptik
• Memproses alat bekas pakai
• Menangani peralatan tajam dangan aman
• Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan(termasuk pengelola sampah secara benar)
3.2 kritik dan saran
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya.
10
Daftar pustaka
Pekins JJ.1983.Prinsiples and Methods of Sterilization in Health Sciences.Charles C.thomas : spingfield.IL
Tietjen LG, W Crosin dan N McIntosh.1992. High –level disinfection,Infection Prevention Guidelines for Family Planning Program.EMIS Inc :D urant,OK,pp 74-84
Schmidt A.1899.U.S. Patent 630.782:Disinfekcting by Means of Formaldehyde